Pondok pesantren sebagai suatu wadah pendidikan agama di Indonesia merupakan
suatu komunitas dan masyarakat yang
penuh dinamika. Kehidupan di lingkungan pondok pesantren layaknya kehidupan
dalam suatu keluarga besar, yang seluruh anggotanya atau individu-individu yang
ada di dalamnya harus berperanserta untuk menciptakan keharmonisan dan ketentraman
di lingkungan pondok pesantren.. Santri putri yang belajar di berbagai Pondok
Pesantren berasal dari berbagai daerah, tingkat sosial ekonomi, budaya serta terdiri dari berbagai usia. Dengan
demikian masing-masing individu
diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan dan aktivitas pondok
pesantren tempat mereka menimba ilmu agama.
Dinamika masyarakat pesantren
ini tidak lepas dari pola hubungan sosial yang terjadi antara anggota-anggota
masyarakat pesantren, mulai dari Kyai, Nyai, ustadz, ustasdzah, santri
putra/putri serta masyarakat sekitar lingkungan Pondok Pesantren. Hubungan
sosial merupakan bentuk interaksi soial yang bersifat dinamis, yang menyangkut
hubungan antara individu dengan individu, antara kelompok-kelompok manusia, antara individu
dengan kelompok manusia. Interasi sosial dapat terjalin bila ada kontak sosial
dan komunikasi. Kontak sosial dapat berarti kontak secara fisik maun non fisik, yang dapat memberikan
makna dari hubungan tersebut, seperti makna dari jabatan tangan, senyuman,
pandangan, pelukan, perhatian dan sebagainya. Komunikasi merupakan bentuk
penafsiran dan reaksi seseorang atas perilaku, sikap, pembicaraan, gerak tubuh
dan lain sebagainya untuk menyampaikan suatu maksud.
Secara umum pondok-pondok pesantren
memisahkan pondok (asrama) santri putra dan santri putri. Demikian juga untuk
kegiatan belajar di madrasah, antara santri putra dan santri putri dipisah.
Walaupun demikian beberapa kegiatan di pondok pesantren dilakukan oleh santri
putra dan santri putri secara bersama-sama yang memungkinkan mereka untuk
berhubungan dan berkomunikasi, seperti kegiatan sholat berjama’ah,
pengajian-pengajian umum atau kegiatan bersama untuk memperingati hari-hari
besar Islam dan lain sebagainya.
Adapun bentuk-bentuk hubungan sosial di
lingkungan pondok pesantren dapat kita lihat sebagai berikut :
Hubungan Sosial di Lingkungan Pondok Pesantren Tradisional
Di
lingkungan perkotaan di Jawa pada umumnya tidak ada Pondok Pesantren yang
benar-benar tradisional, mulai dari penyediaan fasilitas, sarana maupun metode
dan sistim pengajarannya. Pondok-pondok pesantren di kota-kota Jawa walaupun
ada yang masih menggunakan sistim dan metode pengajaran tradisional biasanya
sudah dikombinasikan dengan mentode dan sistim pengajaran yang lebih modern.
Dari segi sarana dan fasilitas yang digunakan juga sudah lebih modern. Sebutan
pondok pesantren tradisional digunakan hanya untuk membedakan prosentase sistim
dan metode pengajaran yang digunakan di pondok pesantren tersebut. Ciri lain
dari pondok pesantren tradisional adalah
bahwa para santrinya tidak diperbolehkan belajar di tempat lain serta dilihat
dari pola hubungan sosial dan komunikasi antar anggota komunitas Pondok
Pesantren tersebut. Masing-masing pondok pesantren yang masuk kategori pondok pesantren
tradisional mempunyai ciri-ciri dan kekhasan tersendiri sesuai dengan karakter
dan latar belakang pendidikan Kyai pengasuhnya.
Kyai
pengasuh pondok pesantren yang memperoleh pendidikan dari pondok pesantren tradisional yang konservatif
biasanya akan membangun atau membentuk pondok pesantren dengan pola hubungan
sosial dan komunikasi yang terbatas dan tertutup antara anggota-anggota
komunitas pondok pesantren. Walaupun
nilai-nilai ajaran tradisional dan konservatif masih ada yang
dipertahankan, namun nilai-nilai modern yang baik dan konstruktif juga dipakai
sebagai acuan sesuai dengan kaidah
”Al-Muhafadhotu Alal Qodimis Sholeh Wal Akhdul Bil Jadidil Ashlah”
(memelihara budaya-budaya klasik yang baik dan mengambil budaya-budaya baru
yang positif).
Salah satu pondok pesantren
yang diteliti yang termasuk dalam kategori pondok pesantren tradisional, yang
telah menggunakan fasilitas-fasilitas modern adalah Pondok Pesantren Putri Al
Musjibiyah Langitan Widang Tuban.
No comments:
Post a Comment